Di New York, SBY Sebut REDD+ Sukses
TEMPO.CO, New York - Presiden Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono tampil dalam forum Indonesian's REDD+ Event di New York, Amerika
Serikat, pada Rabu, 24 September 2014. Dalam kesempatan itu, SBY berbagi pengalaman
bagaimana Indonesia dan negara lainnya sukses mengaplikasikan mekanisme
Reducing Emissions from Deforestation and Degradation in Developing Countries
Plus (REDD+) sebagai langkah perlawanan terhadap perubahan iklim.
"Dengan REDD+, negara-negara dapat memberikan
kontribusi signifikan terhadap upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca. Negara juga melakukan konservasi hutan, pengelolaan hutan secara benar,
dan peningkatan cadangan karbon hutan," kata SBY dalam rilis pers yang
diterima Tempo, Kamis, 25 September 2014.
REDD+ merupakan mekanisme internasional yang telah
disepakati oleh 190 negara dalam United Nation Framework Convention on Climate
Change (UNFCCC) pada 2007. Di Indonesia, ujar SBY, percobaan REDD+ sukses
meningkatkan tata kelola hutan.
Di Indonesia, tutur SBY, hutan bisa memberikan pengaruh baik
dan buruk. Sebab, lahan gambut tropis di Indonesa menyimpan sejumlah besar
karbon di dunia. Namun, saat yang sama, hutan tropis Indonesia juga melindungi
negara dari perubahan iklim.
"Hal pertama yang harus diketahui adalah keberhasilan
REDD+ memerlukan perubahan pola pikir tentang pemanfaatan hutan dan tata
kelola. Hal ini membutuhkan visi dan pendekatan baru yang dapat memberikan
penekanan pada kontribusi hutan terhadap kelestarian lingkungan," kata
SBY.
Dalam pidato itu, SBY mengaku telah membuat Badan Manejemen
REDD+, yang ikut membantu kesuksesan mekanisme ini pada Agustus lalu. Badan ini
membantu memfasilitasi, mengintegrasi dan mengkoordinasi upaya mitigasi gas
rumah kaca.
RINDU P. HEST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar