Senin, 01 September 2014

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Iman-Kepada-Kitab-Kitab-Allah
Sajadah Muslim - Makna beriman kepada kitab-kitab Allah SWT yaitu kepercayaan yang pasti bahwasanya Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada para Rasulnya untuk disampaikan kepada para hamba-Nya. Kitab-kitab tersebut adalah adalah Kalamullah yang dengannya Allah SWT berbicara secara sesungguhnya sesuai yang pantas untuk diri-Nya. Dalam kitab-kitab tersebut terdapat kebenaran, cahaya dan petunjuk bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT mencakup tiga perkara :
  1. Beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari Allah SWT.
  2. Beriman kepada apa yang telah Allah SWT namakan dari kitab-kitab-Nya, seperti Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, Taurat yang diturunkan kepada Musa AS dan Injil yang diturunkan kepada Isa AS.
  3. Mempercayai berita-berita yang bena dari kitab-kitab tersebut sebagaimana pembenaran kita terhadap berita-berita Al-Quran.
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah termasuk salah satu rukun iman, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat An-Nisa : 136 yang berbunyi : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-sejauhnya”.
Allah SWT menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul-Nya untuk disebar luaskan dan diajarkan kepada umat Manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidupnya. Kitab-kitab Allah SWT yang wajib diketahui oleh orang yang beriman ada empat yaitu :
  1. Kitab Taurat : Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa AS sebagai pedoman hidup Bani Israil seperti Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 2 yang berbunyi : “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu sebagai petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman) : janganlah kamu mengambil penolong selain aku”.
Adapun isi pokok kitab Taurat dikenal dengan “Sepuluh Perintah Tuhan” yaitu, jangan ada padamu Tuhan lain di hadirat-Ku, jangan membuat patung ukiran dan jangan pula menyembah patung karena Aku Tuhan Allahmu, jangan kamu menyebut Tuhan Allahmu dengan sia-sia, ingatlah kamu akan hari Sabat (Sabtu) supaya kamu sucikan dia, Berilah hormat kepada bapak ibumu, Jangan membunuh sesama Manusia, Larangan berbuat Zina, Larangan mencuri, Larangan menjadi saksi palsu, Larangan berkeinginan memiliki hak orang lain.
  1. Kitab Zabur : kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud AS untuk dijadikan pedoman hidup bagi kaumnya. Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 55 yang berbunyi : “Dan Tuhan-Mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian Nabi-Nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur kepada Daud”.
Kitab Zabur berisi kumpulan Nyanyian-nyanyian pujian kepada Allah SWT atas segala nikmat Ilahi. Di dalamnya juga berisi Dzikir, doa, Nasihat, dan hikmah. Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur sekarang ada pada Perjanjian Lama, yang terdiri atas 150 pasal.
  1. Kitab Injil : Kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa AS atau Yesus versi Nasrani, sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi Bani Israil, seperti Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 46 yang berbunyi : “Dan Kami iringkan jejak mereka (Nabi-Nabi Bani Israil) dengan Isa Putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”.
Isi pokok Kitab Injil adalah ajaran untuk hidup dengan Zuhud dan menjauhi kerakusan dan ketamakan dunia. Ini dimaksudkan untuk meluruskan kehidupan orang-orang Yahudi yang materialistis.
  1. Kitab Al-Quran : Kitab Al-Quran adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir yaitu Muhammad SAW sebagai petunjuk hidup umatnya. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang terbatas untuk satu kaum, Al-Quran tidak hanya diturunkan untuk Bangsa Arab, melainkan untuk seluruh umatnya. Permulaan turunnya Al-Quran adalah pada tanggal 17 Ramadhan Tahun 40 dari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Permulaan ayat Al-Quran yang turun adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Firman Allah SWT : “Bacalah dengan (menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Sedangkan surat yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah ayat 3. Firman Allah SWT : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu Agamamu, dan telah K-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi Agama bagimu”.

Syirik Dalam Mencintai (Syirik Mahabbah)

syirik-dalam-cinta
Sajadah Muslim ~ Sesungguhnya sekedar mengalihkan segenap hati dan perasaan kepada makhluk dengan cinta dan tazhim (penghormatan) yang tidak pantas diberikan kepada selain Allah, sudah dianggap suatu bentuk ibadah kepadanya. Oleh sebab itu, orang-orang yang mengklaim mencintai wali-wali dan orang-orang shaleh yang sudah meninggal, tetapi mereka mengagungkan dan mengkultuskan mereka melebihi batasan syariah, sebenarnya mereka itu telah menyembah kepada wali-wali dan orang shaleh itu. Karena disebabkan kecintaan yang berlebihan mereka berpaling sepenuhnya kepada wali-wali dan orang shaleh tersebut. Lalu mereka merayakan kelahiran (maulid) mereka, menyerahkan nadzar, melakukan thawaf di kuburan mereka persis seperti thawaf di keliling ka’bah, meminta bantuan (istighatsah) dan meminta keselamatan serta pertolongan. Kalau bukan karena mengkultuskan dan berlebih-lebihan tidak mungkin mereka melakukan semua ini demi orang-orang yang sudah meninggal itu.

Dan diantara bentuk ghuluw (berlebihan) mereka kepada wali-wali dan orang-orang shaleh itu, kebiasaan dan kesungguhan mereka untuk jujur ketika bersumpah atas nama wali-wali dan orang-orang shaleh tersebut. Sebaliknya, mereka tidak ragu untuk berbohong atau bermain-main bila mereka bersumpah dengan nama Allah. Sebagian mereka, apabila mendengar Allah dicaci maki, ia bersikap biasa saja dan tidak marah. Dan sebaliknya bila ada yang mencoba mencaci maki syekh (kiyai/tuan guru)nya, dia akan tersinggung dan marah sekali. Bukankah yang demikian itu pertanda sikap berlebihan dalam mengagungkan wali-wali dan kiyai-kiyai, lebih dari mereka membesarkan Allah, dan mencintai mereka labih dari mencintai Allah ? Allah Ta’ala berfirman : “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah : 165).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar