Selasa, 16 Juni 2015

KEUTAMAAN MEMBERI BUKA ORANG YANG BERPUASA

Apa pahala yang didapatinya bagi yang memberi buka orang puasa?

Alhamdulillah.
Dari Zaid bin Kholid AL-Juhani berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَن فطَّر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء " .
رواه الترمذي ( 807 ) وابن ماجه ( 1746 ) وصححه ابن حبان ( 8 / 216 ) والألباني في " صحيح الجامع " ( 6415 )
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Dan dishohehkan oleh Ibnu Hibban, 8/216. Dan oleh Al-Bany di shoheh Al-Jami’, 6415.
Syeikhul Islam rahimahullah berkata: “Maksud memberikan buka adalah mengenyangkannya.” Selesai kitab ‘Al-Ikhtiyarat hal. 194. Dahulu salafus sholeh sangat menjaga untuk memberikan makanan dan mereka memandang hal itu termasuk diantara ibadah yang paling mulia.
Sebagian salaf berkata: “Kalau sekiranya saya mengundang sepuluh dari teman-temanku, kemudian memberikan makanan yang disukainya. Itu lebih saya sukai dibandingkan dengan memerdekakan sepuluh (budak) dari anak Ismail. Dahulu banyak dari kalangan salaf lebih mendahulukan (memberi) buka puasa (sementara) dia masih dalam kondisi berpuasa. Diantaranya Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, Dawud At-Thoi, Malik bin Dinar dan Ahmad bin Hanbal. Biasanya Ibnu Umar tidak berbuka melainkan bersama orang-orang yatim dan orang miskin. Dahulu diantara salaf ada yang memberikan makanan kepada saudaranya sementara dia masih berpuasa, duduk dan memberikan pelayanan. Diantara mereka adalah Hasan dan Ibnu Mubarok.
Abu As-Suwar AL-Adawi berkata: “Dahulu orang-orang dari Banu ‘Adi menunaikan shalat di masjid ini. Tidak ada yang berbuka salah satu diantara mereka terhadap makanan dengan kondisi sendirian. Kalau ada orang yang makan bersamanya, maka dia akan makan. Kalau tidak ada, maka makanannya dikeluarkan ke masjid dan makan bersama orang-orang. Dan orang-orang makan bersamanya. Dan ibadah memberikan makanan, akan tumbuh ibadah-ibadah yang banyak diantaranya, saling kasih sayang, saling mencintai kepada orang yang memberikan makanan. Hal itu menjadikan sebab masuk surga. Sebagaimana sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:
 " لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا ولا تؤمنوا حتى تحابوا " رواه مسلم ( 54 )
“Kamu semua tidak akan masuk surga sampai beriman, dan tidak (sempurna) keimanan kamu semua sampai saling mencintai diantara kalian.” HR. Muslim, 54. Sebagaimana juga tumbuh duduk bersama orang-orang sholeh dan mengharap pahala dengan membantunya kedalam ketaatan yang dengan makanan anda dapat menguatkan (ibadahnya).(google.co.id)


KEUTAMAAN SEDEKAH DI BULAN RAMADHAN

Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya selalu menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala dilipatgandakan, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seseorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.
Diantara ibadah yang mendapat pahala yang dilipatgandakan pada bulan Ramdhan ini adalah sedekah. Allah Swt benar-benar memuliakan orang-orang yang bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al Inaafah Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya perlu dicek keshahihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut namun tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak bersedekah.Diantara keutamaan bersedekah antara lain:
  1. Sedekah dapat menghapus dosa.
Rasulullah Saw bersabda: “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi). Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, melakukan korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman: “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99).
  1. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.
Rasulullah Saw menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah: “Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari).
3.   Sedekah memberi keberkahan pada harta.
Rasulullah Saw bersabda: “Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim). Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan bahwa para ulama menyebutkan maksud disini mencakup 2 hal;: pertama, hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara zatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”
  1. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
  1. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
Rasulullah Saw bersabda: “Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim). An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”
  1. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
Rasulullah Saw bersabda: “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani)
  1. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah Saw memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit: “Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari)
Orang yang bersedekah akan merasakan perasaan senang, bangga, dada yang lapang setelah memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan orang yang bersedekah. Karena itulah tak berlebihan kiranya kalai Nabi Saw memotivasi umatnya untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya. Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:
  1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi: “Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR. Muslim). Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi).
  1. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi).
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.  “Rasulullah SAW biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud). Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.
  1. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.
Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, seperti dikatakan setan: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16).Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Saw: “Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna.  Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim). Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16 khusus amalan sedekah dilipatkangandakan lagi sesuai kehendak Allah. Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika ia mengiringi amalan sedekahnya dengan puasa dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa, maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah. Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih berlipat lagi. Wallahu A’lam Bisshowab (Penulis adalah Mahasiswa STAIN Curup Prodi PAI).


dalil Tentang Kewajiban dan Keutamaan Puasa Ramadhan


 dalil-dalil tentang kewajiban puasa Ramadhan sangatlah banyak dalam nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah. Di antaranya adalah firman Allah Ta’âla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka, barang siapa di antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Wajib bagi orang-­orang yang berat menjalankannya, (jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, itulah yang lebih baik baginya. Berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-­penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah ia ber­puasa pada bulan itu, dan barangsiapa yang sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggal­kan itu pada hari-hari yang lain. Allah meng­hendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak meng­hendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangan (bulan) itu dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberi­kan kepada kalian supaya kalian bersyukur.” [Al-Baqarah: 183-185]
Dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia,
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, me­ngeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, ketika seorang A’raby bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, beliau bersabda,
خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ فَقَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ مِنْهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ .
“Shalat lima waktu (diwajibkan) dalam sehari dan semalam.” Maka, ia berkata, “Apakah ada kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah. Juga puasa Ramadhan.” Maka, ia berkata, “Apakah ada kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah,” dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyebutkan (kewajiban) zakat terhadapnya. Maka, ia berkata, ‘Apakah ada kewajiban lain terhadapku?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah.” Kemudian, orang tersebut pergi seraya berkata, “Demi Allah, saya tidak akan menambah di atas hal ini dan tidak akan menguranginya.’ Maka, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ia telah beruntung apabila jujur.’.”
Selain itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jâbir bin Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ.
Selanjutnya, dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim ,dan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Ketika ditanya tentang Islam, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً.
“Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, engkau menegak­kan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta berhaji ke rumah (Allah) bila engkau sanggup menempuh jalan untuk itu.”
Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah dimaklumi secara darurat dalam syariat Islam.
Seluruh dalil di atas menunjukkan keuta­maan puasa yang sangat besar dan menunjukkan bahwa betapa agung nikmat dan rahmat Allah bagi umat Islam.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan Rasul-Nya telah menjelaskan berbagai macam keutamaan puasa secara umum dan keutamaan puasa Ramadhan se­cara khusus. Agar kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah dan bergembira terhadap karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan beberapa keutamaan puasa. Di antaranya adalah:

Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa.
Allah Jalla Tsanâ`uhu menyebutkan sederet orang-­orang yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“…Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Ahzâb: 35]

Kedua, puasa adalah tameng terhadap api neraka.
Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَسْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ امْرُؤٌ صَائِمٌ
“… dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari puasa, janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata, ‘Saya sedang berpuasa.’.”
Juga dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
“Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada peperangan.”

Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat.
Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.”

Keempat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah.
Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga: sabar dalam hal menjalan­kan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang berpuasa telah melakukan tiga jenis ke­sabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal men­jalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelema­han pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ ber­firman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabar­lah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas.” [Az-Zumar: 10]

Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan.

Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi.
Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرَ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipat­gandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesung­guhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya karena (orang yang ber­puasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’ Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesung­guhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.” (Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim)

Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh puluh tahun.
Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena (amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauh­kan wajahnya dari neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.”

Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa.
Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُونَ مِنْهُ فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar­-Rayyân. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah masuk, (pintu) itupun dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.”

Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.
Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِيْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar ma’ruf dan nahi mungkar.” (Konteks hadits adalah milik Imam Muslim)
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.”
Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah[1], zhihâr [2], sebagian amalan haji[3], pembunuhan Ahludz Dzimmah ‘orang yang berada di bawah perjanjian’ tanpa sengaja[4], dan pembunuhan hewan buruan saat ihram[5].

Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga.
Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمُرْنِيْ بِعَمَلٍ أَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ . قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ مِثْلَ لَهُ.
“Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”

Kesebelas, puasa memberi syafa’at pada hari kiamat.
Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ.
“Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap maka­nan dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka, keduanya men­dapat izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul Minnah hal. 394-395)

Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu.”

Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahola, dosa­-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(dzulqarnain.net)

BERKAH BUKA PUASA

Bulan Ramadhan adalah bulan kebaikan dan keberkahan. Allah SWT memberkahi hamba-hamba-Nya di bulan ini dengan banyak keutamaan dan diantara keutamaan yang Allah
SWT berikan bagi orang yang berpuasa adalah ketika ia berbuka puasa.
Keutamaan Berbuka Puasa
1. Menyegerakan berbuka berarti menghasilkan kebaikan, Rasulullah Saw bersabda:َْ
“Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan bahwa Abu Athiyah dan Masruq datang menemui Aisyah ra untuk meminta pendapat beliau, ia (Abu Athiyah) berkata:
“Saya menemui Aisyah bersama dengan Masruq, maka kami berkata: “Wahai Ummul Mu’minin (bagaimana pendapat Anda dengan) dua orang dari shahabat Muhammad Saw yang salah satu dari mereka mempercepat berbuka puasa dan mempercepat (waktu) shalat, sedang yang lainnya mengakhirkan berbuka puasa dan mengakhirkan shalat?”, maka ia (Aisyah) bertanya:
“Siapa diantara keduanya yang mempercepat berbuka puasa dan mempercepat (waktu) shalat (Maghrib)?” kami menjawab: ”Abdullah yaitu bin Mas’ud”,
maka ia berkata:
“Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah” (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Abu Daud)
2. Berbuka puasa adalah salah satu dari dua kegembiraan. Rasulullah Saw bersabda:
“Seorang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu
Rabbnya” (HR. Bukhari)
Seorang yang berpuasa mendapatkan kegembiraan ketika berbuka, dikarenakan ia telah menyempurnakan puasanya dan telah menyelesaikan ibadahnya serta telah mendapatkan keringanan dari Tuhannya sebagai pertolongan baginya untuk berpuasa pada hari berikutnya (Lihat Tuhfathul Ahwadzi 3:396)
3. Menyegerakan berbuka berarti menyelisihi Yahudi dan Nashrani. Rasulullah Saw bersabda:ُ
“Agama ini akan senantiasa menang selama manusia menyegerakan berbuka, karena orang-orang Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya” (HR. Abu Daud)
Orang Yahudi dan Nashrani mereka mengakhirkan berbuka hingga munculnya bintang-bintang, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’ad, Rasulullah bersabda:ُِّ
“Ummatku akan senantiasa dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu bintang ketika berbuka” (HR. Ibnu Hibban)
Berkata Imam Ibnu Hajar Al Asqalani: “Telah berkata Imam Syafi’i dalam kitab Al Umm:
“Mempercepat berbuka puasa adalah perbuatan yang disunnahkan dan mengakhirkannya bukanlah perbuatan yang diharamkan kecuali apabila menganggap bahwa mengakhirkan berbuka puasa terdapat di dalamnya keutamaan” (Lihat Fathul Bari 4:199)
Waktu Berbuka
Jika telah datang malam dari arah timur, menghilangkan siang dari arah barat dan matahari telah terbenam berbukalah orang yang berpuasa, Allah berfirman:َُ
“Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam” (QS. Al Baqarah:187)
Dari Umar ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:َ
“Jika malam datang dari sini, siang menghilang dari sini dan matahari telah terbenam maka berbukalah orang yang berpuasa” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berbuka Dengan Apa ??
Disunnahkan untuk berbuka dengan ruthab (kurma muda yang matang sebelum menjadi tamr) jika tidak ada maka dengan tamr (kurma matang) dan jika tidak ada maka dengan air, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata:َ ٍ
“Adalah Rasulullah berbuka dengan ruthab (kurma basah) sebelum melaksanakan shalat, jika tidak ada ruthab maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering) dan jika tidak ada tamr maka beliau minum dengan satu tegukan air” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Hadits di atas juga merupakan dalil tentang disunnahkannya berbuka puasa sebelum shalat maghrib. Berkata Anas bin Malik: “Saya tidak melihat Rasulullah melaksanakan shalat hingga beliau berbuka puasa walaupun hanya dengan seteguk air” (HR. Ibnu Abdil Barr)
Imam Asy Syaukani dan lainnya berkata:
”Disyariatkannya berbuka puasa dengan kurma di karenakan kurma mempunyai rasa yang manis dan semua yang manis-manis dapat memperkuat penglihatan yang sempat melemah
ketika
berpuasa, ….dan
apabila sebab
disyariatkannya
berbuka dengan
korma tersebut adalah
rasa manis dan karena
rasa manis itu
mempunyai pengaruh
bagi badan maka hal tersebut tentu juga terdapat pada semua jenis makanan yang manis-manis” (Lihat Tuhfatul Ahwadzi 3:311)
Do’a berbuka puasa Sesungguhnya orang yang berpuasa
memiliki waktu yang
istijabah yang mana apabila ia berdo’a pada saat itu maka
Allah akan
mengabulkannya yaitu
ketika berbuka puasa.
Rasulullah Saw bersabda:ُ
“Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki do’a yang tidak tertolak (yaitu) ketika berbuka” (HR. Ibnu Majah)
Adapun yang dibaca
sebelum berbuka puasa adalah membaca basmalah
yaitu “Bismillah”, hal
ini berdasarkan
beberapa dalil umum,
diantaranya:
1. Perintah Rasulullah Saw
Diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah,
Rasulullah bersabda:ْ
“Sebutlah nama Allah
(ucapkan basmalah),
makanlah dengan
tangan kanan dan makanlah apa yang berada di
dekatmu” (HR.
Bukhari dan Muslim) di hadits lainnya
Rasulullah bersabda:
“Apabila salah seorang
dari kalian makan
makanan maka
ucapkanlah
“ Bismillah” (HR. At
Tirmidzi)
2. Pemberitahuan
beliau bahwa syaithan
ikut serta makan
bersama manusia
apabila tidak
membaca basmalah.
Hal ini berdasarkan
hadits dari Umayyah
bin Makhsyiyyi , beliau berkata:
“Adalah Rasulullah Saw
duduk dan seseorang
sedang makan di
sisinya namun ia tidak
menyebut nama Allah,
hingga tidak tersisa
dari makannya kecuali sesuap dan ketika dia bermaksud untuk makan suapannya yang terakhir dia mengucapkan:َِ “Dengan nama Allah di permulaan dan di akhirnya”
maka Nabi Saw tersenyum kemudian bersabda:َِ
“Senantiasa syaithan makan bersamanya, lalu ketika ia menyebut nama Allah, syaithan memuntahkan apa yang ada di dalam perutnya” (HR. Abu Daud)
Adapun do’a yang dibaca sesudah berbuka puasa adalah:
“Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat dan telah ditetapkan pahala Insya Allah” (HR. Abu
Daud)
Do’a ini di baca setelah mencicipi makanan atau minuman berbuka puasa dan bukan sebelumnya karena tidak mungkin dikatakan telah hilang dahaga apabila belum makan atau minum
-Wallahu A’lam-
Dan masih terdapat beberapa do’a berbuka puasa selain do’a di atas namun semua riwayatnya tidak ada yang shahih, dan diantaranya adalah: “Ya Allah hanya kepadaMu-lah saya berpuasa dan atas rizki-Mu-lah saya berbuka puasa” (HR. Abu Daud) Berkata Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid: “Sanad hadits ini dhaif” (Lihat Tashih Ad Du’a hal. 507)
Berkata Syaikh Al Albani: “Sanad hadits ini dhaif, karena disamping hadits ini mursal, terdapat pula di dalamnya seorang rawi yang majhul (tidak dikenal) yaitu Mu’adz (bin Zuhrah)” (Lihat Irwa’ Al Ghalil 4:38)
Adapun dzikir-dzikir khusus dan do’a-do’a yang dibaca secara berjama’ah dengan nada-nada tertentu menjelang waktu berbuka puasa maka ini tidak ada contohnya dari Rasulullah Saw
-Wallahu A’lam-
Memberi makanan untuk berbuka puasa
Orang yang memberi makan untuk berbuka puasa akan mendapatkan pahala yang besar dan kebaikan yang banyak, Rasulullah bersabda:َ “Barang siapa yang memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun” (HR Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dan bagi orang yang diundang untuk berbuka puasa hendaknya memenuhi undangan tersebut selama di dalamnya tidak terdapat kemungkaran yang bertentangan dengan syariat, karena hal itu merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya, Rasulullah Saw bersabda: “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: (diantaranya)..Memenuhi undangan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan disunnahkan bagi yang diundang untuk mendo’akan kepada pengundangnya setelah selesai makan, dan diantara do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw:َ “Ya Allah berilah makan orang yang memberiku makan dan berilah minum orang yang memberiku minum” (HR. Muslim) atau membaca do’a:ُْ
Telah berbuka disisi kalian orang-orang yang berpuasa, makananmu telah dimakan oleh orang-orang yang bertaqwa dan para malaikat telah bershalawat kepada kalian” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
-Al Fikrah-
-Abu Muhammad Shabir bin Suhardi Al Atsari-Maraji’:
1. Shifatu Shoumi An Nabi fi Ramadhan, Salim bin ‘Ied Al Hilali dan ‘Ali Hasan ‘Ali Abdul Hamid
2. Asy Syarh Al Mumti’ Ala Zadi Al Mustaqni’, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
 (google.co.id)

Keutamaan Makan Sahur di Bulan Ramadhan

Setiap kali memasuki Ramadhan, kita akan selalu berhadapan dengan satu aktivitas unik yang jarang kita temui pada bulan-bulan lainnya, yaitu sahur yang kita laksanakan sebulan penuh. Para ulama mengartikan sahur sebagai aktivitas makan dan minum saat menjelang fajar dan sebelum Subuh bagi orang-orang yang akan menjalankan ibadah saum. Adapun hukum melaksanakan sahur adalah sunah yang dianjurkan (sunnah mu’akad).
Sebenarnya, sahur tidak hanya ada pada bulan Ramadhan. Di luar Ramadhan pun kita bisa melaksanakan sahur, khususnya ketika kita hendak melaksanakan saum sunah atau saum qadha dan nazar. Walaupun demikian, intensitas, keberkahan, dan nuansa sahur kita di luar Ramadhan sangat berbeda dengan aktivitas sahur pada bulan Ramadhan di mana hampir semua orang yang berpuasa melaksanakannya. Tidak hanya itu, dari segi keberkahan dan pahalanya pun, melaksanakan sahur pada bulan Ramadhan jauh lebih besar daripada sahur pada bulan lainnya. Terlepas dari segi waktu pelaksanaannya, baik itu di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan, sahur tetaplah merupakan aktivitas istimewa dan penuh keberkahan. Itulah mengapa Rasulullah saw. menganjurkan umatnya untuk melaksanakan sahur ketika hendak berpuasa walau hanya dengan seteguk air atau sebutir kurma.
1. Aktivitas yang Diberkahi
Hal terpenting dari makan sahur bukan terletak dari sedikit banyaknya makanan yang dikonsumsi. Menurut Rasulullah saw. dalam aktivitas sahur terdapat keberkahan dan pertolongan Allah Swt. Beliau bersabda sebagai berikut.

“Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikat bershalawat atas orang-orang yang bersahur” (HR Ibnu Syaibah dan Ahmad).

Apa yang dimaksud berkah? Kata “berkah” berasal dari kata kerja madli (kata kerja yang merujuk pada peristiwa yang terjadi di masa lalu) baraka. Kata ini, menurut Ar-Raghib Al Asfahani, seorang pakar bahasa Al Qur’an, dari segi bahasa, mengacu pada arti al luzum (kelaziman), dan juga berarti ats tsubut (ketetapan atau keberadaan), dan tsubut al khayr al ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Senada dengan Al Asfahani, Lewis Ma’luf, juga mengartikan kata baraka dengan arti “menetap pada sesuatu tempat”. Dari arti ini muncul istilah birkah, yaitu tempat air pada kamar mandi. Tempat air tersebut dinamakan birkah karena dia menampung air, sehingga air dapat menetap atau tertampung di dalamnya.
Dari kata birkah inilah Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengartikan berkah sebagai “kebaikan yang banyak dan tetap” atau “tetapnya kebaikan Allah terhadap sesuatu”. Hampir senada dengan Al Utsaimin, Ibnul Qayyim Al Jauziyah memaknai berkah sebagai “kenikmatan dan tambahan”.
Dari makna-makna tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berkah adalah suatu sifat yang di dalamnya mengandung kebaikan. Berkah bisa berkaitan dengan perbuatan atau ucapan, tempat, dan waktu. Sahur adalah perkara yang setidaknya mengandung dua keberkahan, yaitu keberkahan dalam perbuatan dan keberkahan dalam hal waktu pelaksanaan.
Berkaitan dengan keberkahan sahur sebagai perbuatan, Rasulullah saw. Bersabda sebagai berikut.
“Makan sahurlah kalian, karena pada makan sahur itu terdapat keberkahan.”
Demikian pula sebuah hadits dari Ahmad dan An Nasa’i berikut.
“Sesungguhnya dia (makan sahur) adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian, jangan kalian meninggalkannya.”
Beliau pun menganjurkan kita untuk tidak meninggalkan makan sahur walau hanya seteguk air karena ada para malaikat yang mendoakan orang-orang yang sahur.
“Jangan kalian tinggalkan (sahur) walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur.”
Berkaitan dengan waktu, keberkahan sahur terjadi karena dilakukan pada sepertiga malam terakhir. Inilah waktu mustajabnya doa; saat Allah Swt. ”turun” ke bumi; dan saat orang-orang beriman biasa melakukan shalat malam (QS Al Isra’, 17: 79). Nah, apabila dua keberkahan (perbuatan dan waktu) menjadi satu, sangat rugi jika kita mengabaikannya hanya karena malas atau sekadar lupa.
2. Penambah Energi pada Siang Hari
Sahur memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan ibadah saum yang dilakukan seorang Muslim pada siang hari. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. Bersabda sebagai berikut.
“Mintalah pertolongan (tambahan kekuatan) dengan makan sahur untuk berpuasa pada siang hari. Dan (mintalah pertolongan) dengan menyedikitkan makan pada siang hari untuk bangun pada malam hari.” (HR Hakim)
Dengan demikian, sahur bukan sekadar agar saat berpuasa tidak merasa lapar. Secara kesehatan, sahur pun berfungsi mengimbangi zat gizi yang tidak diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Karena itu, makan sahur tidak boleh sekadar kenyang, tetapi harus bergizi tinggi. Jadi, hidangan untuk makan sayur harus bisa menjadi cadangan kalori dan protein tinggi serta membuat lambung tidak cepat hampa makanan. Dengan demikian, rasa lapar tidak cepat dirasakan. Makanan yang cukup mengandung protein dan lemak adalah nasi, telur, dendeng, rendang, ikan, dan tentu saja sayur-sayuran.
3. Pembeda Antara Saumnya Kaum Muslimin dengan Ahlul Kitab
Puasa termasuk salah satu ritual ibadah yang sudah sangat tua usianya. Hampir setiap peradaban dan agama mengenal ritual puasa, dalam arti menahan diri dari melakukan sesuatu, biasanya menahan diri dari makan, minum, berhubungan seks, dan tidur. Dalam tradisi Katolik misalnya dikenal puasa dari memakan daging pada hari Ash Wednesday dan Good Friday. Selama berabad-abad, pengikut Katolik dilarang untuk makan daging pada setiap hari Jumat. Puasa pada hari Good Friday ini ditujukan untuk mengenang penderitaan Yesus Kristus.
Lain lagi dengan penganut Kristen Mormon, mereka berpuasa pada setiap hari Minggu pertama setiap bulan. Setiap individu, keluarga, atau kelompok dapat berpuasa kapan saja mereka mau. Mereka berpuasa dengan menahan diri dari makan dan minum selama dua periode makan berturut-turut, atau menyumbangkan makanan dan uang untuk mereka yang membutuhkan. Setelah puasa, para anggota gereja berpartisipasi dalam “Pertemuan Puasa dan Kesaksian.”
Ketentuan yang lebih longgar terlihat pada agama Kristen Protestan, para penganutnya berpuasa sesuai keputusan pribadi, gereja, organisasi, atau komunitas. Walaupun banyak yang menahan dari segala makanan dan minuman, ada juga yang hanya minum air atau jus saja. Berbagai larangan akan makanan tertentu juga dipraktikkan sebagian lainnya.
Dalam tradisi agama Yahudi dikenal hari puasa Yom Kippur, Hari Pertobatan. Almanak Yahudi memunyai enam hari puasa lainnya, seperti Tishna B’Av, hari ketika terjadinya penghancuran kuil-kuil Yahudi. Pada hari Yom Kippur dan Tishna B’Av, makan dan minum dilarang selama 25 jam, terhitung dari tenggelamnya matahari hingga tenggelamnya lagi pada esok harinya.
Orang-orang Hindu di India biasanya berpuasa pada setiap pergantian bulan (new moon days) dan pada acara-acara khusus seperti Shivaratni, Saraswati Puja, dan Durga Puja (dikenal dengan sebutan Navaratni). Perempuan di Utara India berpuasa pada hari Karva Chauth. Bentuk puasanya bergantung pada setiap individu, namun biasanya menahan diri dari makan dan minum selama 24 jam.
Sebagaimana tradisi-tradisi keagamaan lain, Islam pun memiliki ritual puasa. Ada yang wajib sifatnya, khususnya puasa di bulan Ramadhan, ada pula puasa sunah atau yang dianjurkan, seperti puasa 6 hari di bulan Syawwal, puasa Senin Kamis, puasa Arafah, dan sebagainya. Pada intinya, puasa yang dilakukan kaum Muslimin tidak jauh berbeda dengan puasa yang dilakukan umat agama lain, khususnya Ahli Kitab, yaitu menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami istri, dan dari perbuatan-perbuatan lain yang dilarang agama. Tujuannya pun hampir sama yaitu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Akan tetapi, ada satu hal yang membedakan puasanya kaum Muslimin dengan Ahli Kitab. Rasulullah saw. Mengungkapkan dalam sabdanya sebagai berikut.
“Yang membedakan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim dan Abu Daud).
Dijadikannya sahur sebagai pembeda antara puasanya umat Islam dengan umat agama lain, cukup memberi penekanan bagi kita akan keutamaan dan nilai penting makan sahur.

4. Meningkatkan Keikhlasan Beribadah
Ketika kecil, tidak ada aktivitas yang paling malas untuk dilakukan saat bulan Ramadhan, selain makan Sahur. Sebenarnya, saya juga malas melaksanakan ibadah puasa seharian, tetapi tidak semalas makan sahur. Mengapa? Karena kalau tidak puasa, malu sama teman-teman, takut dimarahi, dan takut tidak dibelikan baju baru dan ”uang lelah” alias angpaw saat lebaran. Tidak demikian dengan makan sahur. Bayangkan saja, lagi enak-enaknya tidur, kira-kira pukul 03.00, kita dibangunkan dan disuruh makan, apalagi kalau tidak ada lauk-pauknya. Kalaupun bangun dan makan sahur, saya tidak pernah diberi bonus apa-apa. Tapi kalau tidak bangun, orang tua pasti marah-marah, dan itu tidak bisa dijadikan alasan bagi saya untuk tidak berpuasa.
Sebenarnya, bukan hanya anakanak yang malas makan sahur, orang dewasa pun ”kalau bisa menawar” pasti banyak yang memilih untuk tidak makan sahur, atau kalau bisa sahurnya digeser jadi setelah shalat Subuh. Itu jika parameternya nafsu. Maka, di sinilah Allah Swt. menjadikan aktivitas sahur sebagai ujian keikhlasan bagi seorang Muslim yang hendak menunaikan ibadah saum pada siang harinya. Betapa tidak, ketika sahur tidak ada orang yang melihat kita selain keluarga, tidak ada pujian dan sanjungan bagi kita saat melaksanakan sahur. Makan sahur pun tidak seenak makan pada siang hari. Untuk sahur, kita harus berjuang melawan kantuk, hawa dingin, dan perasaan malas. Kalau tanpa keikhlasan dan harapan untuk mendapatkan ridha Allah, sangat sulit bagi kita untuk menunaikannya.
Dengan demikian, semakin kita ikhlas, semakin mudah pula bagi kita untuk melaksanakan sahur. Semakin kita ikhlas, semakin terasa nikmatnya bangun pada dini hari untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt.

“Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan
walaupun hanya meneguk seteguk air, karena Allah
dan para malaikat bershalawat atas orang-orang yang bersahur.”
— HR Ibnu Abu Syaibah dan Ahmad —


  1. Hikmah Sahur dalam Puasa
    Allah mewajibkan puasa kepada kita sebagaimana telah mewajibkan kepada orang - orang sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab Allah berfirman (yang artinya) :
    "Wahai orang-orang yg beriman diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebeleum kalian agar kalian bertaqwa." (Surat Al- Baqoroh :183)
    Waktu dan hukumya pun sesuai dgn apa yg diwajibkan pada Ahlil Kitab yakni tak boleh makan dan minum dan menikah setelah tidur. Yaitu jika salah seorang mereka tidur tak boleh makan hingga malam selanjut demikian pula diwajibkn atas kaum muslimin sebagaimana kami telah terangkan di muka krn dihapus hukum tersebut Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menyuruh sahur sebagai pembeda antara puasa kita dgn puasa Ahlul Kitab.
    Dari Amr bin 'Ash radhiallahu 'anhu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): "Pembeda antara puasa kita dgn puasa Ahlul Kitab adl makan sahur".   (HR Muslim (1096)).
  2. Keutamaan Sahur
    Barokah Sahur
    .
    Dari Salman radhiallahu 'anhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya): "Barokah ada pada tiga perkara : Jama'ah Tsarid dan makan sahur." (HR. Thabrani dalam "Al-Kabir" (6127) Abu Nu'aim pada "Dzikru Akhbari Ashbahan" (1/57))
    Dan dari Abu Hurairah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya): "Sesungguh Allah menjadikan barakah itu pada makan shaur dan kiloan".   (HR. Asy-Syirasy (Al-Alqab) sebagaimana dalam (Jami'as Shaghir) (1715) dan Al-Khatib (Al-Muwaddih) (1/263) dari Abi Hurairah dgn sanad yg lalu. Hadits ini HASAN)
    Dari Abdullah bin Al-Harits dari seorang sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam : Aku masuk menemui Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam ketika dia makan sahur beliau berkata (yang artinya): "Sesungguh makan sahur adl barokah yg Allah berikan pada kalian maka janganlah kalian tinggalkan".   (HR Nasa'I (4/145) dan Ahmad (5/270) sanad SHAHIH).
    Keberadaan sahur sebagai barokah sangatlah jelas krn dgn makan sahur berarti mengikuti sunnah menguatkan dalam puasa menambah semangat utk menambah puasa krn merasa ringan orang yg puasa dalam makan sahur juga menyelisihi Ahlul Kitab krn mereka tak melakukan makan sahur. Oleh krn itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wasallam menamai makan pagi yg diberkahi sebagaimana dalam dua hadits Al-Irbath bin Sariyah dan Abi Darda' radhiallahu 'anhuma "Marilah menuju makan pagi yg diberkahi : yakni sahur." (hadits Al-Irbath: diriwayatkan oleh Ahmad (4/126) dan Abu Daud (2/303)).
    Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yg sahur.
    Mungkin barokah sahur terbesar adl Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan meliputi orang-orang yg sahur dgn ampunan-Nya memenuhi mereka dgn rahmat- Nya malaikat Allah memintakan ampunan bagi mereka berdo'a kepada Allah agar memaafkan mereka agar mereka termasuk orang-orang yg dibebaskan oleh Allah di bulan Ramadhan.
    Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu 'anhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya): "Sahur itu makanan yg barokah janganlah kalian meninggalkan walaupun hanya meneguk seteguk air krn Allah dan malaikat- Nya bershalawat kepada orang-orang yg sahur."
    Oleh sebab itu seorang muslim hendak tak menyia-nyiakan pahala yg besar ini dari Rabb yg Maha Pengasih. Dan sahur seorang mukmin yg paling afdhal adl korma.
    Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam (yang artinya): "Sebaik-baik sahur seorang mukmin adl korma."   (HR Abu Daud (2/303) Ibnu Hibban (223) Baihaqi (4/237)).
    Barangsiapa yg tak menemukan korma hendak bersungguh-sungguh utk berbuka walau hanya dgn meneguk satu teguk air krn fadhilah (keutamaan) yg disebutkan tadi dan krn sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam (yang artinya): "Makan sahurlah kalian walau dgn seteguk air."  
  3. Hukum Mengakhirkan sahur.
    Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar krn Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam dan Zaid bin Tsabit radhiallahu 'anhu melakukan sahur ketika selesai makan sahur Nabi Shalallahu 'Alaihi wasallam bangkit utk shalat subuh dan jarak (selang waktu) antara sahur dan masuk shalat kira-kira lama seseorang membaca lima puluh ayat di kitabullah.
    Anas radhiallahu 'anhu meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit radhiallahu 'anhu: "Kami makan sahur bersama Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam kemudian beliau shalat aku tanyakan (kata Anas): "Berapa lama jarak antara adzan dan sahur? Beliau menjawab: "Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur'an."  (HR. Bukhori (4/118) Muslim (1097)).
    Ketahuilah wahai hamba Allah –mudah-mudahan Allah membimbingmu- kamu diperbolehkan makan minum dan jima' selama ragu telah terbit fajar atau belum dan Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan batasan-batasan hingga jelaslah sudah krn Allah Jalla Sya'nuhu memaafkan kesalahan kelupaan serta membolehkan makan minum dan jima' ada penjelasan sedangkan orang ragu belum mendapat penjelasan. Sesungguh kejelasan adl satu keyakinan yg tak ada keraguan lagi jelaslah.
  4. Hukum Sahur
    Oleh krn itu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam memerintahkan –dengan perintah yg sangaat ditekankan- Beliau bersabda (yang artinya): "Barangsiapa yg mau berpuasa hendaklah sahur dgn sesuatu."  
    Dan bersabda (yang artinya): "Makan sahurlah kalian krn dalam sahur ada barokah."   (HR Bukhori (4/120) Muslim (1095) dari Anas).
    Kemudian menjelaskan tinggi nilai sahur bagi umat beliau bersabda (yang artinya):
    "Pembeda antara puasa kami dan Ahlul Kitab makan sahur."  
    Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam melarang meninggalkan beliau bersabda (yang artinya):
    "Sahur adl makanan yg barokah janganlah kalian tinggalkan walaupun hanya meminum seteguk air krn Allah dan Rasul-Nya memberi shalawat kepada orang yg sahur".   (HR Ibnu Abi Syaibah (3/8) Ahmad (3/123/44) dari tiga jalan dari Abi Said al-Khudri. sebagian menguatkan yg lain).
    Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya): "Sahurlah kalian walaupun dgn setengah air."   (HR Abu Ya'la (3340) dari Anas ada kelemahan didukung oleh hadits Abdullah bin Amr di Ibnu Hibban (no.884) pada An'anah Qatadah: Hadits hasan).
    Saya katakan: kami berpendapat perintah nabi Shalallahu 'Alaihi wasallam ini sangat ditekankan anjuran hal ini terlihat dari tiga sisi :
    1.    Perintahnya.
    2.    Sahur adl syiar puasa seorang muslim dan pemisah antara puasa kita dan puasa Ahlul Kitab.
    3.    Larangan meninggalkan sahur
    Inilah qarinah yg kuat dan dalil yg jelas. Walaupun demikian Al-Hafidz Ibnu Hajar menukilkan dalam kitab "Fathul Bari" (4/139) ijma' atas sunnahnya! Wallahu A'lam
Sumber : Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaaly Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid

Keutamaan Memberi Makanan Berbuka kepada Orang-orang yang Berpuasa

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ (رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صحيح)
“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun.” (HR. At Tirmidzi, beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”)
Termasuk nikmat dari Allah subhanahu wata’ala atas hamba-hamba-Nya, Allah mensyariatkan tolong-menolong di atas kebaikan dan ketakwaan. Dan termasuk tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan ini adalah memberi makanan berbuka bagi orang yang sedang berpuasa, karena orang yang berpuasa diperintahkan untuk berbuka dan menyegerakan buka puasanya. Apabila dia ditolong dalam perkara ini, maka ini termasuk nikmat dari Allah ‘azza wajalla. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ
“Barangsiapa yang memberi buka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun.”
Para ulama berselisih pendapat tentang makna “Barangsiapa yang memberi buka bagi orang yang berpuasa”. Dikatakan bahwa yang diinginkan dengan memberi makanan berbuka di sini adalah memberikan hal minimal yang bisa membatalkan puasa seorang yang berpuasa, walaupun itu hanya sebutir kurma.
Dan sebagian ulama berkata bahwa yang diinginkan di sini adalah memberikan makanan pembuka yang mengenyangkan, karena inilah perkara yang memberikan manfaat bagi orang yang berpuasa sepanjang malam, dan terkadang cukup baginya sampai sahur.
Akan tetapi yang zhahir dari hadits ini adalah manusia apabila memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa walau dengan sebutir kurma, maka dia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang berpuasa tersebut.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi manusia untuk bersemangat memberikan makanan berbuka bagi orang-orang yang berpuasa dengan kadar semampunya, terlebih lagi bersamaan dengan butuh dan fakirnya orang yang berpuasa tersebut, atau butuhnya mereka karena mereka tidak menemukan orang yang menyediakan makanan berbuka bagi mereka, atau keadaan lain yang menyerupai ini.(*)
(Diterjemahkan untuk blog ulamasunnah dari Syarah Riyadhus Shalihin, Jilid II halaman 1412, terbitan Darussalam, Mesir)
 Keajaiban Kurma | Menu Sahur dan Berbuka
Buah kurma ini merupakan salah satu buah favorit Rasulullah SAW di bulan Ramadhan. Karena pada bulan mulia itu, Rasul menjadikan buah kurma sebagai makanan pembuka waktu berbuka puasa dan makanan penutup pada saat sahur.


Ramadhan sudah tiba.
Umat Islam pun berlomba-lomba untuk beribadah di bulan yang suci ini. Ada tradisi yang melekat kuat di masyarakat Arab maupun di Indonseia, atau malah bahkan di negara lain bahwa Ramadhan juga identik dengan buah kurma.
Di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kurma ini menjadi makanan favorit para jama'ah di sana saat berbuka puasa. Begitu juga di Indonesia, buah kurma menjadi buah yang paling banyak di cari.

Rupanya tradisi tersebut bukan tercipta dengan sendirinya. Mereka meneladani cara Rasulullah SAW berbuka dan makan sahur.
Allah SWT berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا  artinya:
"Sesungguhnya pada diri Rasululah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap ridha Allah dan hari akhir serta banyak berzikir kepada Allah."
(QS. Al Ahzab: 21).

Sebagaimana diriwayatkan banyak hadits, Rasulullah SAW menyukai buah kurma sebagai makanan pembuka saat berbuka puasa serta menjadi makanan penutup di kala sahur.
Teladani sunnah, berarti akan berpahala.

Teladan Rasulullah.
Rasululah SAW bersabda,
"Sebaik-baik sahurnya seorang mukmin adalah kurma."
(HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban, Baihaqi).

Rasululah SAW menegaskan, barang siapa yang tidak menemukan kurma, hendaknya bersungguh-sungguh untuk sahur walau hanya dengan meneguk satu teguk air, karena fadhilah atau keutamaan dari sahur tersebut.
Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya makan sahur adalah berkah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan."
(HR. An Nasa'i dan Ahmad).


Sedangkan saat berbuka puasa, Rasulullah SAW menganjurkan untuk makan buah kurma.
Dari Salman bin Amir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
"Jika salah seorang di antara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada, maka dengan air karena air itu bersih dan suci."
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Dalam hadits lainnya disebutkan, dari Anas bin Malik r.a. berkata,
"Nabi SAW biasa berbuka dengan ruthab (kurma muda) sebelum shalat, jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma, Beliau minum dengan satu tegukan air."
(HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah).

Pertanyaannya, kenapa harus dengan kurma...
Jika berbuyka puasa, oragna pencernaan khususnya lambung membutuhkan sesuatu yang lebut biar bisa bekerja lagi dengan baik. Jadi makanannya harus yang mudah dicerna dan juga mengandung gula dan air dalam satu makanan.

Keistimewaan Kurma.
Sedangkan dari sisi medis, buah kurma ini ternyata makanan yang paling baik. Kurma mengandung zat gula yang tinggi yaitu antara 75-87 persen dan glukosanya sebanayk 55 persen, fruktosanya 45 persen lebih tinggi dari jumlah protein, minyak dan beberapa vitamin seperti vitamin A, B2, B12 dan sejumlah zat penting lain seperti kalsium, fosfor, potassium, sulfur, sodium, magnesium, cobalt, seng, florin, tembaga, salyolosa dan sebagainya.

Fraktosa akan diubah menjadi glukosa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan, kemudian dikirim ke seluruh tubuh, khususnya ke organ-oragn inti seperti otak, syaraf, sel darah merah dan sel pembersih tulang.

Seperti yang kita ketahui, di ujung puasa setiap harinya, glukosa dan insulin dalam darah yang datang dari katup hati akan bergetar.
Artinya, proses buka puasa kita bakal meminimalisir pemakaian glukosa yang diambil dari organ hati dan sel-sel ujung seperti otot-otot dan sel syaraf menjadi sesuatu yang bisa menghilangkan setiap zat yang terkandung dalam gelokogen hati.


Kandungan Kurma.
Berdasarkan penelitian yang dilakukakn oleh Dr. Hisyam Syamsi Basya, dalam satu kurma itu mengandung:
  • Air 20-24 persen.
  • Gula 70-75 persen.
  • Protein 2-3 persen.
  • Serat 8.5 persen.
  • Dan sedikit sekali kandungan lemak jenuhnya (lechitin).
Sedangkan untuk kandungan kurma muda atau Ruthab adalah:
  • Air 65-70 persen.
  • Zat gula 24-58 persen.
  • Protein 1.2-2 persen.
  • Serat 2.5 persen.
Itulah beberapa kelebihan kurma yang menjadi menu favorit Nabi selama menjalankan ibadah puasa. Sangat disarankan untuk menjalankan tuntunan ini demi kesehatan selama berpuasa.
\
Suara Bedug ditabuh mengawali datangnya bulan suci Bulan penuh berkah dan ampunan-NYA. Saatnya untuk membersihkan jiwa-jiwa yang selama ini penuh dengan jelaga yang begitu hitam. Saatnya kita memahami makna bulan untuk penyucian diri. bersama kita leburkan segala dosa. Dengan puasa mari kita sambut keagungan Lailatul Qadar. Agar kita bisa meraih kemenangan. Menuju surgaNya.
mohon maaf apabila ada kesalahan dan khilaf atas segala kesalahan dalam post atau mebagikan artikel saya
ambilah artikel saya untk di pelajarin terima kasih atas pengunjung blog saya
atas telah berkenan mengujungi blog saya :)


http://www.bolague.com/wp-content/uploads/2015/06/gambar-status-twitter-Ucapan-Puasa-Ramadhan.jpg


Salat Tarawih
Salat Tarawih adalah salat malam yang dilakukan pada bulan Ramadhan, yang pada bulan lain disebut salat tahajud. Hukumnya sunnat muakkad, penting bagi muslim lelaki dan perempuan. Salat tarawih ini dapat dilakukan sendiri, dapat pula berjamaah. Secara umum, kita melakukannnya ba’da salat isya. Dalam ketentuan, salat tarawih dapat dilakukan dalam rentang waktu sesudah isya’ hingga terbit fajar (atau waktu subuh).
Jumlah Rakaat
Dalam praktik sehari-hari, kita kadang melihat ada jamaah yang salat tarawih 20 rakaat, ada pula yang hanya 8 rakaat. Mana yang benar? Tidak ada keterangan pasti tentang jumlah rakaat ini. Semua dikembalikan pada keyakinan masing-masing. Tidak ada yang lebih utama, antara yang 8 atau yang 20. Karena, yang dinilai Allah adalah kekhusyukan kita dalam salat, bukan jumlah salat kita.
Mengenai berapa rakaat yang dilakukan dalam setiap salam, kita juga sering melihat perbedaan. Ada yang dua rakaat salam, ada pula yang empat rakaat salam. Kedua-keduanya diperkenankan. Namun, yang lebih utama adalah yang dua rakaat salam, sesuai sabda Rasulullah saw., “salat malam adalah dua rakaat-dua rakaat” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Niat Salat Tarawih
Niat salat tarawih cukup diucapkan di dalam hati saja. Tidak ada anjuran untuk melafalkannya, apalagi bila pelafalan tersebut mengganggu jamaah lain. Ingatlah, yang paling utama adalah niat tulus beribadah karena Allah.
Adapun niat salat tarawih dua rakat adalah sebagai berikut:
————Ushalli sunnatat taraawiihi rak’ataini (ma’muman/imaaman) lillahi ta’aalaa”———-
Artinya: Aku niat shalat Tarawih dua rakaat (menjadi ma’mum/imam) karena Allah Ta’ala.
Doa Salat Tarawih
Dzikir berjamaah di antara jeda salat tarawih, tidak ada tuntunannya dari Rasulullah saw. Yang tepat, dzikir tersebut dilakukan perseorangan, tanpa perlu ada yang memimpin. Mengenai doa setelah tarawih atau di sela-sela tarawih, tidak ada tuntunan dari Rasulullah tentang doa tersebut.
Salat Witir
Salat witir artinya salat dengan jumlah bilangan ganjil, yang dilakukan sebagai penutup salat tarawih (atau salat lail pada umumnya). Jumlahnya tidak memiliki ketentuan khusus, bisa satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat, atau hingga sembilan rakaat. Sabda Nabi, “Witir itu hak. Siapa yang suka mengerjakan lima, kerjakanlah. Siapa yang suka mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan siapa yang suka mengerjakan satu, kerjakanlah.” (H.R. Abu Daud dan An-Nasa’i). Adapun pada umumnya, kita melakukan salat witir sebanyak tiga rakaat.
Niat Salat Witir
Niat salat witir adalah sebagai berikut,
——Ushalli sunnatal witri …. lillahi Ta’aalaa’.———
Artinya : ‘aku niat shalat sunnah witir …. rakaat karena Allah Ta’aalaa’
Doa Setelah Salat Witir
Doa setelah salat witir adalah sebagai berikut,
للَّهُمَّ إِني أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِـمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَـتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْــــنَــــيْتَ عَلَى نَــــفْسِكَ
“Ya Allah, aku berlindung dari kemurkaan-Mu melalui ridha-Mu, aku berlindung dari hukuman-Mu melalui permaafan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”

سُبْحَانَ الـمَلِكِ القُدُّوْسِ
“Mahasuci Dzat yang Maha Menguasai lagi Mahasuci.” (H.r. Abu Daud; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Doa ini dibaca tiga kali dan tidak perlu diberi tambahan, “rabbul malaikati war-ruh”
Bacaan Niat Shalat Tarawih Terlengkap
Cara dan Niat Shalat Tarawih Terlengkap

Cara Mengerjakan Shalat Tarawih Terlengkap

Setelah anda membaca Bacaan Niat Shalat Tarawih diatas maka anda tinggal mengikuti Imam Shalat Tarawih yg dilakukan secara berjamaah di masjid dan anda tinggal mengikuti Bacaan dan Doa Shalat Tarawih tersebut karena biasanya Imam Shalat Tarawih membaca Suratan dan Doa Shalat tarawih secara cepat dan ringkas sehingga anda harus benar – benar mengikuti dg khusyu. Adapun step atau langkah – langkah dlm Tata Cara Mengerjakan Shalat Tarawih seperti dibawah ini yg disuguhkan secara lengkap dan jelas kepada anda.
tata cara shalat tarawih terlengkap
tata cara shalat tarawih terlengkap step 2


tata cara shalat tarawih terlengkap step 3
Untuk tambahaan sajja bahwa Tata Cara Mengerjakan Shalat Tarawih sangat mudah untuk dikerjakan karena dari Gerakan dan Doa Shalat Tarawih sendiri masih sama dg Shalat pada umumnya dan anda tinggal mengikuti Imam Shalat Tarawih dari segi Gerakan dan Doa – Doanya, kemudian untuk menjawab Bilal sendiri anda tinggal ikut mengikuti para jamaah karena jawaban untuk Bilal itu sunnah dan diatas sudah dibuatkan secara lengkap sehingga anda tinggal menghafalkan jawaban Bilan ketika Shalat Sunnah Tarawih.
Kemudiian setellah anda mengerjakan Shalat Tarawih, diusahakan anda jangan sampai lupa dalam membaca Niat Berpuasa untuk besok hari dan setelah itu anda jg disunnahkan untuk membaca Ayat Suci Al Qur’an dan memperbanyak Dzikir karena dibulan Ramadhan banyak sekali pahala yg bisa anda dapatkan.

Keutamaan Sholat Tarawih & Sholat Witir
Kata Tarawih berasal dari bahasa arab yaitu Tarawiiha atau Raahah yang berarti Istirahat. Yakni shalat yang dalam pelaksanaannya setiap dua atau empat rakaat diselingi dengan istirahat sejenak  kemudian dilanjutkan lagi hingga selesai. Sedangkan menurut istilah Tarawih adalah shalat yang dikerjakan pada setiap malam sesudah sholat isya’ di bulan Ramadhan. Hukum sholat Tarawih adalah sunnah muakkad, karena Rasulullah SAW menganjurkan, meskipun sunnah namun wajib dilakukan (tidak dengan perintah keras). Dijelaskan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan Ramadhan dan aku sunnahkan beribadah dimalam harinya, maka barang siapa yang berpuasa dan beribadah di malam harinya dengan penuh keimanan dan berharap pahala Allah, Allah mengampuni semua dosanya di masa lalu”.
Witir menurut bahasa berarti ganjil, yakni sholat yang jumlah rakaatnya ganjil (1, 3, 5, 7, 9, atau 11 rakaat). Shalat Witir dikerjakan minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat. Setiap dua rakaat diberi salam dan rakaat terakhir boleh satu rakaat atau tiga rakaat. Jika dikerjakan 3 rakaat maka jangan membaca tasyahud awal agar tidak sama dengan shalat Maghrib. Shalat Witir dikerjakan sepanjang tahu, waktunya setelah shalat Isya’ sampai fajar. Rasulullah bersbda “Witir itu hak, maka siapa yang mengerjakan 5 rakaat kerjakanlah, siapa yang suka mengerjakan 3 rakaat maka kerjakanlah dan siapa yang suka mengerjakan 1 rakaat kerjakanlah” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i dari Abu Ayyub).
Di bulan Ramadhan, shalat Witir biasanya dikerjakan setelah shalat Tarawih. Rasulullah SAW maupun para sahabat mulanya mengerjakan shalat Tarawih secara sebdiri-sendiri, tidak ada keseragaman dan tidak ada ketentuan uang baku. Namun pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, tata cara shalat Tarawih diubah dan dibakukan secara berjama’ah. Jumlah rakaat shalat Tarawih ada yang 39 rakaat (36 rakaat tarawih, 3 rakaat witir) ada yang 23 rakaat (20 rakaat tarawih, 3 rakaat witir) dan ada juga yang 11 rakaat (8 rakaat tarawih, 3 rakaat witir). Perbedaan rakaat shalat Tarawih jangan di perdebatkan, kembali pada keyakinan masing-masing saja.
Puasa Ramadhan serta Shalat Tarawih dan Shalat Witir di bulan Ramadhan merupakan satu kesatuan dalam rangkaian ibadah Ramadhan. Oleh karena itu lakukan puasa Ramadhan serta shalat Tarawih dan shalat Witir dengan penuh keimanan dan keikhlasan agar mendapatkan ampinan dari Allah SWT. Amin.

KEUTAMAAN SHOLAT TARAWIH

|Hari|                           Keutamaan                                         |
 1    ::  Bebas dari dosa seperti ketika baru lahir dari rahim ibu.
 2    ::  Diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya jika mereka mukmin.
 3    ::  Didoakan oleh malaikat penjaga Arsy agar diampuni dosanya yang telah lalu.
 4    ::  Diberi pahala bacaan kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an.
 5    ::  Diberi pahala sholat di Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha.
 6    ::  Diberi pahala thawaf di Baitullah, dimohonkan ampun oleh semua batu dan pasir.
 7    ::  Diberi pahala pembelaan Nabi Musa As. dari gangguan Fir’aun dan Hamman.
 8    ::  Diberi kemuliaan seperti kemuliaannya Nabi Ibrahim As.
 9    ::  Diberi pahala ibadah seperti pahala ibadah Nabi Muhammad SAW.
10   ::  Diberi karunia oleh Allah SWT kebaikan di dunia dan di akhirat.
11   ::  Bebas dari dosa seperti ketika baru lahir dari rahim ibu.
12   ::  Pada hari kiamat wajahnya akan bersinar seperti cahaya bulan purnama.
13   ::  Pada hari kiamat akan terhindar dari segala kejelekan.
14   ::  Disaksikan oleh dua malaikat agar terbebas dari hisab.
15   ::  Dibacakan shalawat oleh malaikat penjaga Arasy.
16   ::  Dicatat oleh Allah SWT bebas dari api neraka.
17   ::  Diberi pahalanya para nabi.
18   ::  Didoakan oleh para malaikat agar dirinya dan kedua orang tuanya di ridhoi Allah.
19   ::  Diangkat derajatnya oleh Allah SWT sebagai penghuni surga Firdaus.
20   ::  Diberi pahalanya para Asyuhada dan orang-orang shaleh.
21   ::  Dibangunkan Allah sebuah rumah kaca di surga.
22   ::  Pada hari kiamat akan terhinar dari rasa duka dan sesak hati.
23   ::  Dibangunkan Allah sebuah kota di surga.
24   ::  42 Doanya akan dikabulkan.
25   ::  Dibebaskan Allah dari adzab kubur.
26   ::  Diberi paha beribadah selama 42 tahun.
27   ::  Melewati shirat secepat kilat.
28   ::  Diberi pahala Allah dengan 1000 tingkatan di surga.
29   ::  Diberi pahala Allah dengan 1000 kali Haji Maqbul.
30   ::  Allah memberinya makan buah-buahan surga, mandi dengan air salsabil dan minuman air kautsar serta di terima penghambaannya oleh Allah SWT.




niat puasa ramadhan dan buka puasa ramadhan
Niat merupakan hal awal yang jadi penentu bagi apa yang kita kerjakan. Seperti sabda Rasulullah, Sesungguhnya semua amal itu (sah atau tidaknya) tergantung pada niat melakukannya dan setiap orang hanya akan mendapat sesuai apa yang ia niatkan.

Dari sinilah betapa pentingnya niat dalam menjalankan ibadah terutama saat melakukan ibadah wajib seperti Puasa Ramadhan. Niat berpuasa Ramadhan merupakan salah satu rukun puasa.

Sahur sebaiknya dilakukan sebelum terbitnya fajar atau sebelum memasuki waktu Sholat Subuh. Bacaan Niat Sahur Puasa Ramadhan sebaiknya dibaca setelah menjalankan sholat sunah tarawih dan witir, atau bila lupa maka bisa dilakukan setelah menyantap sahur sebelum masuk imsak.
Adapun Bacaan Niat Puasa Ramadhan adalah sebagai berikut.

Doa Niat puasa



Dibaca : Nawaitu saumagadin an'adai fardi syahri ramadhana hadzihissanati lillahita'ala.

Artinya : Aku berniat puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.
Setelah mengucapkan niat sahur puasa ramadhan, barulah menjalankan ibadah wajib puasa dengan diisi berbagai ibadah wajib maupun sunah dan aktivitas positif lainnya sampai azan Maghrib yang menandakan waktu untuk berbuka puasa. Waktu membaca Doa Buka Puasa Ramadhan adalah setelah azan Maghrib dan sebelum makan/minum untuk membatalkan Puasa.

 Setelah membaca doa niat puasa alangkah baiknya apabila pada saat sebelum berbuka puasa untuk membaca doa kembali agar puasa yang sudah kita lakukan seharian penuh mendapatkan kesempurnaan serta mendapatkan berkah, berikut ini bacaan atau doa buka puasa.


Doa Buka Puasa



Dibaca : Allahuma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika aftartu birahmatika ya arhama rohimin.

Artinya : Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka, Maha besar Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.